meteor

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 23 Oktober 2012

Puasa Sunah Tarwiyah dan Arafah


13510478451896868725
Sumber Foto : Kompas
===================
Sedikit Tentang Puasa Sunnah Tarwiyah dan Arafah
=================
Assalamualaikum wr wb
Sahabatku rahimajkumullah,
Salah satu Puasa sunnah yang tidak pernah ditinggalkan Nabi Saw adalah puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah.

Hal ini berdasarkan hadits shahih darii Siti Hafshah r.a. ia berkata, ada empat macam yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah Saw.: Puasa Asyura (tanggal 10 Muharram), puasa sepuluh hari (di bulan Dzulhijjah), puasa tiga hari pada setiap bulan dan melakukan salat dua rakaat sebelum salat subuh.” (Riwayat Ahmad dan Nasa-i dalam kitab Fiqhus Sunnah, juz I, halaman 380; dan Sunan Nasa-i, juz IV, halaman 220)
Dalam hadits yang lain, diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya [HR. Abu Dawud)
Namun demikian di bulan Dzulhijah, umumnya kita orang Indonesia melaksanakan puasa pada tanggal 8 dan/atau 9 Dzulhijah. Saudara-saudara kita kaum Nahdliyin (NU) biasa puasa 2 hari, yaitu tanggal 8 dzulhijah (Puasa Tarwiyah) dan 9 Dzulhijah (Puasa Arafah). Sedangkan saudara2 kita dari Muhammadiyah dan Persis umumnya hanya puasa 1 hari (Puasa Arafah).
Masing-masing tentunya punya dasar (dalil). Yang puasa tanggal 8 Dzulhijah (Tarwiyah) mendasarkan pada hadits dimana Rasululah SAW bersabda, "Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan (dosa) satu tahun, dan puasa hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun." (HR. Imam Dailami di kitabnya Musnad Firdaus).
Hadits yang diriwayatkan Imam Dailami ini oleh sebagian ahli hadits dianggap hadts dhaif. Namun demikian kita sepakat dan tidak dapat dibantah bahwa Puasa adalah suatu perbuatan baik (kebaikan) terlebih bila dilakukan di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah.
Ibnu Abbas ra meriwayatkan bahwa Rasululah SAW bersabda,
"Tidak ada perbuatan yang disukai oelh Allah SWT daripada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah."
Para Sahabat bertanya,
"Ya Rasulullah, Walaupun jihad di jalan Allah?"
Rasulullah bersabda,
"Walaupun jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya (mati Syahid)."
(HR. Bukhari).
Juga tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist Qudsi: Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku.
Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun. (HR Bukhari Muslim).
So, tidak perlu kita mempertentangkan terlebih membidahkan Puasa Tarwiyah.
Puasa Arafah (9 Dzulhijah)
------------------------
Tentang puasa hari Arafah (tanggal 9 Dzul Hijjah), para ulama memfatwakan bahwa puasa pada hari itu hukumnya sunnah, bahkan termasuk sunnah muakkadah artinyai sangat dianjurkan bagi kaum Muslimin yang tidak menjalankan ibadah haji.
Dasar hukumnya sebagaimana hadis Rasulullah Saw: Dari Abi Qatadah r.a., ia berkata Rasulullah Saw. telah bersabda : … Dan puasa pada hari Arafah –aku mengharap dari Allah- menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang. Dan puasa pada hari ‘Asyura’ (tanggal 10 Muharram) –aku mengharap dari Allah menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah lalu”. [Shahih riwayat Imam Muslim (3/168), Abu Dawud (no. 2425), Ahmad (5/297, 308, 311), Baihaqi (4/286) dan lain-lain]
Menurut Ulama Puasa Arafah memiliki keistimewaan sbb:
1. Allah SWT mengampuni dosa-dosanya selama dua tahun, tahun lalu dan yang akan datang.
2. Allah SWT menjaganya untuk tidak berbuat dosa selama dua tahun
3. Pembebasan dari api neraka nanti.
Adapun pada tahun pertama, maka dosa-dosanya akan diampuni. Sebagian ulama berpendapat bahwa bila seseorang yang melakukan maksiat pada tahun itu, maka Allah SWT akan menjadikan puasa di hari Arafah yang ia lakukan di tahun lalu akan sebagai penghapus dosa, sebagaimana ia menjadi penghapus dosa di tahun sebelumnya.
Puasa Arafah adalah Puasa tanggal 9 Dzulhijah, bukan puasa Wuquf. Sehingga  kalau ada perbedaan tanggal 9 Dzulhijah antara Arab Saudi dan Indonesia, berdasarkan jumhur Ulama kita ikuti sesuai MUI / Pemerintah. Karena kesunnahan puasa Arafah tidak didasarkan adanya wukuf di Arafah oleh jamaah haji, tetapi karena datangnya hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah.
Namun demikian Insya Allah untuk tahun 2012 M atau 1433 H ini, berdasarkan pengumuman Pemerintah Arab Saudi, wuquf di Arafah ((tanggal 9 Dzulhijah) sama dengan 9 Dzulhijah di Indonesia, yaitu hari Kamis besok (25 Oktober 2012). Alhamdulillah
Sahabatku,
Selamat berpuasa sunnah Tarwiyah bagi yang mengamalkannya dan juga selamat puasa Arafah baghi teman2 yg akan menjalankan esok hari, Semoga Allah Swt melipatgandakan pahala kebaikan puasa kita dan semoga Allah Swt mengampuni dosa-dosanya kita selama dua tahun, tahun lalu dan yang akan datang dan semoga Allah SWT menjaga kita untuk tidak berbuat dosa selama dua tahun serta Semoga Allah membebaskan kita dari api neraka kelak. Aamiin
Baraka Allah fikum. Aamiin

Allahumma shali ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad

Selasa, 11 September 2012

Pengertian browser dalam dunia internet adalah software atau alat yang digunakan untuk menjelajah internet. Pengertian browser tersebut sejalan dengan istilah “browse” dalam bahasa inggris yang artinya melihat-lihat atau membaca-baca. Arti browser oleh beberapa kalangan disamakan pula sebagai “perambah”.
pengertian-browserBeberapa browser cukup terkenal antara lain;
1. Mozilla Firefox
2. Google Chrome
3. Microsoft Internet Explorer
4. Opera
5. Safari dll
Microsoft Internet Explorer (biasa disebut IE) pernah menjadi browser yang paling “berkuasa” beberapa tahun yang lalu. Namun belakangan ini popularitasnya tergusur dengan munculnya browser-browser gratis seperti Mozilla Firefox dan Google Chrome.
Sesuai dengan namanya Google Chrome adalah browser yang dikeluarkan oleh Google, sebuah perusahaan search engine terkemuka didunia (lihat pengertian search).
Safari adalah browser besutan perusahaan Amerika bernama Apple yang mungkin kurang dikenal oleh kebanyakan orang yang menggunakan sistem operasi WIndows (lihat pengertian windows). Namun Safari boleh jadi lebih populer bagi kalangan yang menggunakan sistem operasi Mac yang juga merupakan besutan Apple.
Sedangkan Opera adalah browser yang menerbitkan versi mini untuk pengguna HandPhone, yang pernah mengklaim sebagai browser tercepat didunia. Terlepas dari itu semua, semoga penjelasan kangmoes mengenai pengertian browser diatas bermanfaat bagi anda.

Kamis, 03 Mei 2012

Perilaku Rasulullah SAW



Pendahuluan
Nabi Muhammad saw adalah contoh teladan terbaik dan tipologi ideal paling prima. Hal ini digambarkan oleh al-Qur’an surat Al-Ahzab, 33: 21 yang berbunyi:
(Sesunggunya pada diri Rasulullah saw. terdapat contoh tauladan bagi mereka yang menggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak berzikir kepada Allah).
Namun demikian, Nabi Muhammad saw. tetap saja sebagai seorang manusia seperti manusia lain yang dipimpinnya, sebagaimana ditegaskan dalam surat Al-Kahfi/18: 110:
(Katakanlah, sesungguhnya saya adalah manusia seperti kamu, yang diberi wahyu bahwa Tuhan kamu ialah Tuhan yang satu).
Ketauladanan Nabi diambil, antara lain, karena ia mampu menghadapi berbagai masalah yang dihadapi tanpa kehilangan keseimbangan, tanpa kehilangan idealisme dan tanpa surut dari sebuah missi. Itulah sebabnya Michael H. Hart, dalam bukunya “Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah Umat Manusia”, menempatkan Nabi Muhammad Saw sebagai tokoh Nomor Satu yang paling berpengaruh dalam sejarah kehidupan manusia. [1]
Sebelum diangkat sebagai nabi dan rasul, Muhammad saw memang sudah sedemikian sempurna dalam berbagai perilaku dalam kehidupannya. Terlepas dari keyakinan bahwa hal demikian memang sudah digariskan oleh Allah SWT karena sesungguhnya Beliau ma’sum (terjaga) dari segala kerusakkan dan dosa. Sejarah mencatat, saat baru terlahir Muhammad kecil sudah dido’akan dan ditawafkan dihadapan ka’bah oleh kakeknya Abdul Muthalib. Ini menandakan bahwa dari kalangan orang tuanya sangat berperan menjaga kesucian Muhammad saw. Terlebih lagi setelah itu Muhammad disusukan kepada orang yang benar-benar terseleksi, benar-benar tidak terkontaminasi oleh pola kehidupan tidak sehat. Setelah disusukan oleh Suaibah Al-Aslamiyah, Muhammad kemudian disusukan oleh Halimatussa’diyah dan dibawa tinggal bersama di pemukiman yang jauh dari keramaian kota, jauh dari hiruk pikuk dan kebiasaan jahiliyah para penduduk kota.
Masa kakak-kanak Muhammad dilalui dengan menggembalakan kambing, beliau sudah menampakkan sikap terpuji – dapat dipercaya – mengurus hewan peliharaan orang lain. Di saat-saat menggembalakan kambing inilah terjadi proses penyucian diri Muhammad dari berbagai sifat-sifat buruk, peristiwa tersebut dikenal dengan “pembelahan dada”. Walau masih terdapat perbedaan pendapat tentang teknis yang pasti tentang pembelahan dada, yang terpenting dari peristiwa itu adalah tampilnya seorang Muhammad yang penuh dengan sifat-sifat terpuji seperti jujur, amanah dan sebagainya.
Walaupun Muhammad terlahir dalam status yatim setelah ditinggal wafat Ayahandanya Abdullah ketika beliau masih dalam kandungan, ditambah pada usianya yang ke-6 menjadi yatim dan piatu pula karena ditinggal Ibundanya Siti Aminah. Dua tahun kemudian ditinggal pula oleh kakeknya Abdul Muthalib. Kesedihan yang bertubi-tubi itu tidak mengikis semua keteladanan yang ada pada diri beliau, malah semua itu laksana kawah candra dimuka yang makin mengkokohkan pribadi beliau. Ini terlihat ketika terjadi perselisihan antara para kabilah suku Quraisy, akhirnya melatarbelakangi penganugerahan gelar Al-Amin kepada beliau. Ketika ka’bah harus direnovasi akibat diterjang banjir para kabilah mempercayakan kepada beliau untuk memindahkan hajarul aswad. Di saat penduduk Makkah terperangkap dalam sebuah pertengkaran tentang kabilah mana yang harus mendapat kehormatan mengangkat dan menempatkan kembali batu tersebut di tempatnya semula. Ketika persoalan ini sudah berjalan lima hari dan hampir menyebabkan pecahnya perang antar-suku, Muhammad datang dengan solusinya yang sudah sangat terkenal itu. Ia meletakkan batu hitam di atas selendang dengan empat sisi dan mengajak semua ketua suku mengangkatnya bersama-sama, lalu meletakkannya di tempat semula. Gelar Al-Amin tersebut, beliau dapat jauh sebelum beliau di angkat menjadi nabi dan rasul. Al-Amin artinya orang yang dapat dipercaya.
Keteladanan Rasulullah
Berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Ahzab, 33 : 21 setiap muslim atau muslimah yang ingin memperoleh rahmat Allah, bahagia dunia dan akhirat harus menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai suri teladan. Keteladanan beliau secara garis besar dapat dibagi antara lain menjadi keteladanan dalam hidup berumah tangga, keteladanan sebagai pemimpin umat dan keteladanan sebagai pribadi muslim.
I. Keteladanan dalam Hidup Berumahtangga
Sebagai kepala rumah tangga nabi Muhammad saw patut diteladani. Beliau senantiasa berusaha agar rumahtangganya menjadi rumah tangga yang memperoleh ridha Allah SWT. Untuk itu beliau selalu berusaha bersama isterinya Siti Khadijah, agar mereka berdua bisa mewujudkan dan membina rasa saling cinta mencintai, sayang menyayangi, hormat menghormati, saling menjaga nama baik dan tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.
Baliau juga telah memelihara, mengasuh dan mendidik anak-anaknya dengan penuh tanggung jawab serta kasih sayang sehingga anak-anaknya senantiasa beriman dan bertakwa, serta hidupnya berguna dan berbahagia.
II. Keteladanan Sebagai Pemimpin Umat
Banyak yang harus diteladani dari Nabi Muhammad saw dalam hal memimpin umat, antara lain :
- Nabi Muhammad saw senantiasa menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada orang-orang yang dipimpinnya.
- Nabi Muhammad saw selalu berusaha agar persaudaraan sesama umat Islam (ukhuwah Islamiyah) terwujud.
- Nabi Muhammad saw sering bermusyawarah dengan para sahabat.
- Berusaha mengikis pengaruh kebendaan dari diri kaum muslimin.
- Nabi Muhammad saw adalah pemimpin yang konsekwen, teguh pendirian dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.
III. Keteladanan Sebagai Pribadi Muslim
Sebagai pribadi muslim banyak yang harus diteladani dari Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad saw senantiasa berusaha memelihara dan meningkatkan kesehatan, kebersihan dan keindahan tubuhnya secara islami. Dalam hubungannya dengan sesama manusia Nabi Muhammad saw senantiasa membiasakan diri dengan akhlak terpuji dan menjauhkan diri dari akhlak tercela serta giat beramal shaleh yang bermanfaat bagi orang banyak. Bahkan Allah SWT telah memujinya dengan sebuah firman : Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam, :4)
Nabi Muhammad saw adalah seorang pribadi muslim yang memiliki rasa kasih sayang yang tinggi, khususnya terhadap anak-anak yatim, para fakir miskin dan orang-orang terlantar. Kasih sayang Nabi Muhammad saw bukan saja terhadap sesama manusia, bahkan terhadap binatang. Rasulullah saw bersabda: “Apabila kalian mengendarai binatang, berikanlah haknya dan janganlah menjadi setan-setan terhadapnya.” “seorang wanita dimasukkan Tuhan ke neraka dikarenakan ia mengurung seekor kucing, tidak diberinya makan, dan juga tidak dilepaskan untuk mencari makan sendiri.”
Dalam kesempatan lain beliau bersabda: “Seseorang yang bergelimang di dalam dosa diampuni Tuhan, karena memberi minum seekor anjing yang kehausan.”
Terhadap alam dan lingkungan, Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya agar melakukan usaha-usaha untuk mengambil manfaatnya, dan melestarikannya, serta jangan sekali-kali melakukan pengrusakan.
Suatu hari pemimpin kafir quraisy membuat sayembara untuk mendapatkan Muhammad baik dalam keadaan hidup ataupun mati dengan imbalan seratus ekor unta. Pada saat tersebut muncul seorang kontestan sayembara bernama Da’tsur. Ketika Muhammad melakukan perjalanan, rupanya Da’tsur mengintai dari kejauhan. Karena terlihat Muhammad berhenti untuk istirahat dan berteduh di bawah rindang pohon sambil mengeringkan pakaiannya yang basah dengan peluh, maka tiba-tiba Da’tsur menghampiri Muhammad dengan menghunuskan sebilah pedang seraya berkata “Man yamna’uka minnî ya Muhammad? Siapa yang akan menghalangi (tajamnya pedang ini) dariku wahai Muhammad? nabi Muhammad dengan tenang menjawab “Allah”. Seketika itu pedang Da’tsur tejatuh dan dia dalam ketidakberdayaan lalu diambillah pedang tersebut oleh Muhammad. “Wal ân man yamna’uka minî yâ Da’tsur ?” Dan sekarang siapa yang akan menghalangi (tajamnya pedang ini) dari Wahai Da’tsur. Muhammad mengarahkan mata pedang kepada Da’tsur. Dengan wajah ketakutan Da’tsur mejawab “Lâ ahad yâ muhammad” “Tidak ada wahai Muhammad”. Kemudian Da’tsur memohon maaf kepada Muhammad untuk dibebaskan. Permohonan itupun dikabulkan Nabi.
Ketika nabi bersama umatnya berhijrah ke Thaif, sambutan yang diterima jauh dari menyenagkan hati, malah bukan main menyakitkan perlakuan penduduk Thaif kepada Nabi, mereka melempari Nabi dengan kotoran. Pada saat itu datanglah Malaikat Jibril menawarkan jasa. “Hai muhammad jika engkau kehendaki gunung yang ada dihadapanmu ini untuk aku timpahkan kepada penduduk Thaif, niscaya sekarang juga aku lakukan.” Nabi menjawab “Jangan Jibril, semua itu dilakukan mereka karena ketidaktahuan mereka” kemudia nabi berdo’a “allâhumahdî qaumî fainnahû lâ ya’lamûn” “Ya Allah berikanlah hidayah kepada kaumku sesungguhnya mereka tidak mengetahui”
Kedua cerita di atas menunjukkan sikap pema’af nabi yang begitu luar biasa besarnya, orang yang jelas-jelas akan membunuhnya beliau bebaskan tanpa syarat. Orang-orang yang jelas-jelas telah menghina dan menyakitinya beliau selamatkan dari azab yang ditawarkan oleh malaikat. Subhânallâh. Begitu banyak perilaku rasulullah lainnya yang patut kita teladani sebagai pribadi muslim. Sekretaris MUI Sumatera Utara DR. H. Hasan Bakti Nasution, MA, mengungkapkan beberapa prilaku Rasulullah dengan istilah “strategi” bila nabi menghadapi krisis, antara lain sebagai berikut :
a. Dakwah bilhal.
Strategi lain yang dilaksanakan Nabi Muhammad Saw ialah dengan memberikan contoh praktis, yang disebut dengan dakwah bil-hal. Kepribadian dan akar sosiologisnya yang kuat menempa Muhammad menjadi seorang pemimpin yang dengan senang hati berpartisipasi dalam melaksanakan segala urusan. Ia benar-benar memimpin, bukan hanya memerintah. Pengalaman telah membuatnya tidak sungkan untuk melakukan apa pun yang perlu dilakukan. Sejarah mencatat bahwa Muhammad menanggung derita seperti derita yang dialami oleh pendukungnya dalam menyebarkan Islam. Sejarah juga melaporkan bahwa ia bersama-sama pengikutnya turun langsung dalam peperangan, merasakan pahit getir dan pedihnya terkena tikaman pedang dan tombak musuh. Di balik kebesarannya yang tanpa tanding, Muhammad adalah seorang yang dengan senang hati mengerjakan perkerjaan kecil (seperti memperbaiki sandal atau menambal baju) yang tak terbayangkan dikerjakan oleh kebanyakan pemimpin masa sekarang. Ia memimpin tidak hanya dengan memberitahu apa yang harus dilakukan, tetapi menunjukkan dan melakukannya bersama-sama mereka yang dipimpinnya.
b. Memulai dari diri sendiri.
Strategi mengatasi krisis yang paling ampuh ialah selalui memulai dari diri sendiri. Prinsip ini tertuang dalam hadits singkat:
(mulailah dari diri sendiri).
Strategi mengatasi krisis model ini cukup berhasil tidak terlepas dari beberapa faktor.
Pertama, kualitas moral-personal yang prima, yang dapat disederhanakan menjadi empat, yakni: siddiq, amanah, tabligh, dan fahtanah: jujur, dapat dipercaya, menyampaikan apa adanya, dan cerdas. Keempat sifat ini membentuk dasar keyakinan umat Islam tentang kepribadian Rasul saw. Kehidupan Muhammad sejak awal hingga akhir memang senantiasa dihiasi oleh sifat-sifat mulia ini. Bahkan sebelum diangkat menjadi Rasul, ia telah memperoleh gelar al-Amin (yang sangat dipercaya) dari masyarakat pagan Makkah. Pentingnya kualitas moral yang prima ini kembali ia tekankan setelah menjadi utusan Tuhan dalam haditsnya:
Dari Abu Hurairah, Rasul saw. bersabda: Sesungguhnya aku diutus guna menyempurnakan kebaikan akhlak. (H.R. Ahmad, 8595).
Kedua, Integritas. Integritas juga menjadi bagian penting dari kepribadian Rasul Saw. yang telah membuatnya berhasil dalam mencapai tujuan risalahnya. Integritas personalnya sedemikian kuat sehingga tak ada yang bisa mengalihkannya dari apapun yang menjadi tujuannya. Ketika dakwahnya sudah mulai dianggap sebagai gangguan serius oleh masyarakat Makkah, para pemukanya mencoba membujuk Muhammad untuk berhenti. Namun ia dengan tegas menolak setiap bujukan tersebut. Puncaknya adalah ketika kepadanya ditawarkan kedudukan yang tinggi dalam sistem masyarakat Makkah serta sejumlah besar kekayaan material. Pada lazimnya kedua tawaran tersebut akan membuat orang goyah pendiriannya. Tetapi tidak demikian halnya dengan Rasul saw. Dengan sangat tegas namun tetap santun ia menjawab: Kalaupun mereka bisa meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tetap tak akan bersedia menghentikan dakwah Islam. Tidak ada yang dapat dipikirkan oleh para pembesar Makkah lagi untuk membobol benteng integritas Muhammad, dan karena itu mereka pun lalu beralih pada jalan kekerasan. Namun cara ini pun dihadapinya dengan kesabaran yang berbuah keberhasilan.
Ketiga, kesamaan di depan hukum. Prinsip kesetaraan di depan hukum merupakan salah satu dasar terpenting manajemen Rasul saw. Menanggapi sebuah masyarakat yang memberlakukan hukuman potong tangan kepada pencuri dari kelas bawah, tetapi tidak menerapkannya kepada pencuri dari kalangan atas, Rasul saw. dengan tegas bersabda:
Demi Allah, kalau sekiranya Fathimah binti Muhammad mencuri, maka aku sendiri yang akan memotong tangannya. (H.R. Bukhari, 3216)
Keempat, Penerapan pola hubungan egaliter dan akrab. Salah satu fakta menarik tentang nilai-nilai manajerial kepemimpinan Rasul saw. adalah penggunaan konsep sahabat (bukan murid, staff, pembantu, anak buah, anggota, rakyat, atau hamba) untuk menggambarkan pola hubungan antara beliau sebagai pemimpin dengan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya. Sahabat dengan jelas mengandung makna kedekatan dan keakraban serta kesetaraan. Berbeda dengan, misalnya, murid, staff, atau pengikut yang kesemuanya berkonotasi tingkatan tinggi-rendah. Sahabat lebih bermuatan kerjasama dua arah, saling melengkapi dan saling menyempurnakan. Sahabat terasa sedemikian dekat, seolah tanpa jarak. Konsep persahabatan memang benar-benar tepat menggambarkan realitas hubungan yang terbina antara Rasul saw. dengan orang-orang di sekitarnya. Inilah antara lain motivator yang telah membuat para sahabat rela mengorbankan apa saja (seperti jiwa, raga, harta, waktu) demi perjuangan Rasul saw. Sebab di dalam hati mereka merasakan bahwa cita-cita Rasul saw. adalah juga cita-cita mereka sendiri, dan keberhasilan beliau adalah juga keberhasilan mereka.
Kelima, kecakapan membaca kondisi dan merancang strategi. Keberhasilan Muhammad saw. sebagai seorang pemimpin tak lepas dari kecakapannya membaca situasi dan kondisi yang dihadapinya, serta merancang strategi yang sesuai untuk diterapkan. Model dakwah rahasia yang diterapkan selama periode Makkah kemudian dirubah menjadi model terbuka setelah di Madinah, mengikuti keadaan lapangan. Keberhasilan Rasul saw. dan para sahabatnya dalam perang Badr jelas-jelas berkaitan dengan penerapan sebuah strategi yang jitu. Demikian pun peristiwa pahit perang Uhud, adalah saksi kegagalan dalam menerapkan strategi yang sesungguhnya sudah tersusun rapi dan rinci.
Keenam, tidak mengambil kesempatan dari kedudukan. Rasul Saw. wafat tanpa meninggalkan warisan material. Sebuah riwayat malah menyatakan bahwa beliau berdoa untuk mati dan berbangkit di akhirat bersama dengan orang-orang miskin. Jabatan sebagai pemimpin bukanlah sebuah mesin untuk memperkaya diri. Sikap inilah yang membuat para sahabat rela memberikan semuanya untuk perjuangan tanpa perduli dengan kekayaannya, sebab mereka tidak pernah melihat Rasul saw. mencoba memperkaya diri. Kesederhanaan menjadi trade mark kepemimpinan Rasul saw. yang mengingatkan kita pada sebuah kisah tentang Umar ibn al-Khattab. Seseorang dari Mesir datang ke Madinah ingin bertemu dan mengadukan persoalan kepada khalifah Umar ra. Orang tersebut benar-benar terkejut ketika menjumpai sang khalifah duduk dengan santai di bawah sebatang kurma. Tak ada tanda-tanda bahwa ia adalah seorang pemimpin besar yang sangat berkuasa—ia tak berbeda dari orang-orang yang dipimpinnya.
Ketujuh, visioner–futuristic. Sejumlah hadits menunjukkan bahwa Rasul saw. adalah seorang pemimpin yang visioner, berfikir dan mereka masa depan. Meski tidak mungkin merumuskan alur argumentasi yang digunakan olehnya, tetapi banyak hadits Rasul saw. yang dimulai dengan kataakan datang suatu masa…’, lalu diikuti sebuah deskripsi berkenaan dengan persoalan tertentu. Kini, setelah sekian abad berlalu, banyak dari deskripsi hadits tersebut yang telah mulai terlihat dalam realitas nyata. Berikut adalah beberapa contoh hadits futuristik:
Akan datang satu masa ketika orang tak perduli lagi dengan cara apa ia mendapatkan harta, dengan halal atau haram. (H.R. Bukhari, 1941)
Demi Tuhan yang menguasai jiwaku, akan datang satu masa ketika seorang pembunuh tak tahu lagi kenapa ia membunuh, dan orang yang terbunuh tak tahu kenapa ia dibunuh. (H.R. Muslim, 5177)
Manusia akan mencapai suatu masa ketika suatu waktu mereka berdiri (untuk salat) dan tak menemukan seorang yang bisa menjadi imam. (H.R. Ibn Majah, 972)
Kedelapan, menjadi prototipe bagi seluruh prinsip dan ajarannya. Pribadi Rasul Saw. benar-benar mengandung cita-cita dan sekaligus proses panjang upaya pencapaian cita-cita tersebut. Beliau adalah personifikasi dari missinya. Oleh karena itu ia dengan mudah dimengerti dan dengan berhasil menggerakkan masyarakatnya untuk sama-sama berupaya keras mencapai tujuan bersama. Terkadang kita lupa bahwa kegagalan sangat mudah terjadi manakala kehidupan seorang pemimpin tidak mencerminkan cita-cita yang diikrarkannya. Sebagaimana sudah disebut di atas, Rasul saw. selalu menjadi contoh bagi apa pun yang ia anjurkan kepada orang-orang di sekitarnya.

Penutup
Selaku umat Islam, merupakan kewajiban bagi kita untuk mengikuti, mencontoh dan menteladani semua perilaku terpuji rasulullah yang lebih dikenal dengan istilah akhlakul karimah. Akhlakul karimah tersebut dapat kita temui dalam berbagai literatur baik berupa sirah nabawiyah, riwayat-riwayat sahabat beliau, maupun firman Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an.
[1] BILA RASUL SAW MENGHADAPI KRISIS (makalah seminar), DR. H. Hasan Bakti Nasution, MA

Shame is a Muslim cultural identity





Of 'Abdullah bin Mas'ud, he said: Messenger of Allah SAW said, "Shame you to God in truth is ashamed". We said, "O Prophet of Allah, we really embarrassed, Alhamdulillah (praise be to Allah)". Rasulullah SAW said, "No, but ashamed to God in truth it is really ashamed of you keep your head and what is in it, you keep the stomach with everything in it, and you shall remember the death and destruction. Whoever wants to leave the luxuries of the world hereafter, the person who did so, he has been embarrassed by the truth that God really embarrassed. " [Tirmidhi juz 4, p. 53, no. 2575]
Humans are creatures of Allah the most perfect. Perfection is evident from dianugerahkannya sense, so people should be able to sort out between the right and vanity. Unlike the creatures of plants and animals, where the desire to dominate without reason.
Malu is a noble trait. Property that has been passed by the Prophet. Islam encourage his people to be ashamed of anymore to decorate her life. Ornament is good for the owners and the entrance to heaven.
The shame of it is a very powerful brake to control our behavior. Were it not for shame on us, of what is implied in the above hadith will actually happen. We will do whatever it wants without restraint. If it's like that, then a variety of fraud and irregularities would be carried out without the guilt.
Even possible, the various aberrations are packed in a pious and religious display. Without any shame, what is not worthy of being worthy, and what is forbidden and considered to be good. Guidance of a spectacle, and spectacle to the contrary guidance.
Important to understand that the shame here in the context of what is hated by Allah SWT is not the right things. So that in the struggle for truth and honesty must dikedepankanlah courage. Should be a shame not to demand what is due. But, he should be ashamed if you take anything that is not right, even though no one human being who knows his actions.
What a wonderful Had the Muslims memilika shame the strong, so that it becomes the guiding sense of shame towards the noble behavior. Every time a bad whispers seductively, then shall we say, "Really I am ashamed to God to do that sort of thing."
It is time for a culture of shame that should always be kept and maintained, either by individuals, groups, especially the nation. We did not realize how the cessation of catastrophe, disaster, which hit the nation is probably one of them caused by the loss of a sense of shame.
A student who knows the joy of seeking knowledge will never be shy in asking. Why be afraid and ashamed to pursue science that is being studied? Instead he will be ashamed when there are whispers to cheat or to cheat as well.
A Muslim will feel ashamed when I saw a tv show that tersuguh spectacle in the form of gossip and slander. Event maksiyat indulgence and iniquity is definitely off to a still mempuyai shame.
An official with the power to feel ashamed if misappropriate related profession. His post is a trust that must be carried. He became the official was not due to his prowess, but trust her constituents.
A woman was embarrassed mempertononkan nakedness in people who do not have rights over it. He thinks that this is a gift of Allah to be maintained by the rules outlined.
A businessman was embarrassed when delayed reward our employees. Business success is thanks to the hard work of its employees. He means nothing without the help of employees.
A ruler was embarrassed if it does not provide the best service to the people. Its power is limited by space and time. However, the eternal power of Allah SWT. His fear to God encouraged him to do justice and wise. All will be asked in the hereafter no matter how small the remaining chapters.
Is there still a sense of shame in our hearts? If we are not ashamed to make a small maksiyat then be prepared and will be caught in kemungkaran maksiyat greater.
One more thing, if shame is only based on the view of humans, then it will give birth to human beings who are being hypocritical. In front of many people, he will be kind, polite, friendly, and so forth. So do not look a lot man, he will cheat, corruption, misery of others, as well as other violent crimes.
Shame is the identity for every Muslim.
عن زيد بن طلحة بن ركانة يرفعه الى النبي ص قال: قال رسول الله ص: لكل دين خلق. و خلق الاسلام الحياء. مالك فى الموطأ
From Talha bin Zaid bin Rukanah, he said of the Prophet Muhammad, the Prophet SAW said, "For every religion there akhlaqnya, and the morality of Islam is a shame". [HR Malik, in the Muwatta ': 905]
That is, a sense of shame that should never be part and parcel of every Muslim.
Once lost his embarrassment, then lost her personality as well as a Muslim. He'll get used to sin, both overt and hidden. Hence, it is natural that the Prophet Muhammad's wrath against those who have no shame.
عن ابى مسعود قال: قال النبي ص: ان ​​مما ادرك الناس من كلام النبوة الاولى اذا لم تستح فاصنع ما شئت. البخارى
From Abu Mas'ud, he said: The Prophet SAW said, "Verily, between what is found to be those of the first words of the prophet is this: If you are not ashamed, then the Act as you will". [HR. Bukhari chapters 7, p. 100]
Yes! Please do as you please without shame so that God's wrath. And be prepared to live a life of cramped in the hereafter and the world. Let us watch and Budayakan properties kemungkaran SHY when it will do and always fighting for DARE in truth.



Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More